Langsung ke konten utama

Postingan

Laut

Banyak dari kita yang terpesona dengan "keindahannya". Iya "Laut" yang tenang. Birunya air yang membuat "Damai" Hangatnya senja yang "menyapa"  Biota laut yang beraneka ragam dan juga, Ramahnya "lambaian" daun kelapa Banyak wisatawan yang terlena Termasuk Dia.  Mereka lupa, jika laut yang "tenang" pun bisa menjadi "murka".  Gelombang abrasi, pasang surut, pergeseran lempeng bumi yang menjadi tsunami. Kembali aktifnya gunung dasar laut yang semula mati. Adanya "predator" yang mengintai kita tanpa disadari. Seperti halnya laut, manusia pun sama. Dibalik "putihnya" seseorang, pasti memiliki warna hitam dibaliknya. Usia bukanlah tolak ukur kedewasaan seseorang, untuk dapat memanusiakan manusia.  Diam bukan berarti tidak mengerti, diam buka berarti tidak memperhatikan, diam bukan berarti kosong. Diam bukan berarti tidak kecewa dan menerima keadaan yang salah. Time will heal, time will tell Ganbatte, 
Postingan terbaru

Lintasan

  Entah raga maupun hati, bisa begitu saja mati akibat kombinasi dari obsesi dan depresi. Berusaha menyenangkan setiap orang yang ada, terus berlari untuk mendapatkan apresiasi dan jawaban yang jelas atas tiap evaluasi membuat mereka memilih terus mendengarkan obsesi dan depresi. Padahal ada satu aturan hidup yang juga harus diketahui. Jangan coba mempersingkat jalan, karena manusia akan kehilangan perasaan nyaman setelah melewatkan indahnya pemandangan. Dan jangan coba mengatur waktu, karena buah yang dipetik terlalu cepat akan terasa asam dan buah yang terlalu lama dipetik akan busuk. Semua berproses. Hingga akhirnya mereka berhenti berproses, mereka akan mengetahui makna lebih jauh dari keberhasilan. Atas narasi yang cukup panjang ini, ada sedikit pesan yang ingin kubagi. Bermimpilah semulia-mulianya mimpi, tetap ingat Tuhan yang mengizinkan kita di Bumi. Di Cukupkan diri pada kata butuh, bukan apa yang kamu ingini. Miliki standar hidup sendiri dan yakinkan bahwa setiap pribadi ...

Tenang

Bisingnya suara di keramaian Heningnya suara di ruang itu. Hi, kamu semangat ya. Aku tau kamu ga sendiri. Jangan menyerah untuk hidup ya. Mungkin tahun ini memang berat. Terlalu banyak beban yang kamu pikul seorang diri. Aku salut sama kamu,  Tidak pernah menceritakan kesulitanmu, pada yang lain. Kamu yang selalu cheerful dan ekspresif. Padahal, Aku tau. Di setiap malam melewati jalan yang sepi itu. Kamu menangis, ingin menyerah, keinginan untuk kembali padaNya begitu yang ada dipikiran mu kan? Tak apa,  Kamu pasti bisa melewati semuanya sendiri. Semoga kamu dimudahkan dalam melewati semua ini ya. Nanti, entah besok atau lusa  Kamu pasti bisa menjadi 'tenang'. Iya, 'tenang' itu yang kamu inginkan. Bukan perihal kesenangan, kebersamaan, atau dikelilingi sesama.  Hanya ingin 'tenang'. Untuk cahaya kecil diujung waktu, Terimakasih setidaknya membuat kamu menjadi sedikit lebih kuat.

Blue sky?

Cikarang, 20 Desember 2021 Di kota yang penuh dengan hiruk pikuk kehidupan. Dia berjalan sendiri, terkadang tak tentu arah. Sering kali hilang arah dan tenggelam ditengah kegelapan. Berharap menemukan secercah cahaya untuk menerangi langkahnya.  Berharap menemukan sedikit udara sejuk dan langit yang biru. Di setiap waktunya tak henti untuk terus bercerita kepadaNya si maha baik, dan tak hentinya bertanya. Tentang makna hidup dan rasa yang diciptakan olehNya. Dengan lugunya dia selalu menganggap semua "baik". Padahal tidak semua itu "baik". Setelah banyak jalan yang ia lalui, kini ia pun sadar. Sadar untuk tidak percaya lagi kepada semua makhluk yang ada di bumi.  Karena pada akhirnya pun kita akan kembali menjadi asing di bumi dan berpulang kepadaNya seorang diri. "Terimakasih, maaf terlalu banyak mengecewakan" ucapnya sebelum pamit meninggalkan tempat kelahiran. Teruslah berjalan, karena semesta mengiringi langkahnya.

Tanya

Tentang kata 'salah' dan 'maaf' Setiap kita pasti pernah punya 'salah'. Salah bukan berarti kamu orang ga baik. Pada dasarnya semua makhluk dibumi itu tercipta dengan padanan 'baik'. Hanya saja kamu ceroboh. "Maaf dan iya" Akhir - akhir ini saya enggan untuk menyuarakannya. "Kenapa?" Dan lagi pertanyaan itu, Mungkin kata 'pamit' bisa mewakili. H u j a n, September

Sayonara Tokyo !

Dia pikir, Tokyo adalah tempat menggapai mimpinya. Mengira Tokyo penuh dengan kehangatan dan sakura yg indah. Realitanya? cuaca di Tokyo berubah seiring waktu. Terimakasih Tokyo sudah mengajarkan dia banyak hal. Bertemu dengan mereka rasanya menyenangkan. Namun, Tokyo bukanlah tempat yg cocok untuknya. "Jangan terlalu memaksa untuk baik - baik saja, kamu kan butuh 'ketenangan'. Petualanganmu masih panjang. Semangat ya !" Waktu cepatlah berlalu. Musim cepatlah berganti. Ingin, tapi takut.  "Tokyo, Dia mau pamit." S a y o n a r a ~